Minggu, 17 Juli 2011

Lap.Trip GeoReg KP

TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL KULON PROGOL

II.1 Geomorfologi Regional

Rangkaian Pegunungan Kulon Progo termasuk dalam zona selatan Jawa Tengah dan secara keseluruhan merupakan Plateu (Pannekoek, 1939). Berdasarkan relief dan genesanya, wilayah ini terbagi menjadi beberapa satuan geomorfologi, yaitu :

1. Satuan Pegunungan Kulon Progo

Satuian Pegunungan Kulon Progo ini penyebarannya memanjang dari selatan ke utara meliputi kecamatan Kokap, Girimulyo, dan Semigaluh. Kulon Progo merupakan tinggian yang berbentuk Kubah memanjang dengan sumbu panjang berjarak kurang lebiuh 32 Km dengan arah Utara Timur Laut – Selatan Barat Daya, dan dibatasi oleh tinggian dan rendaham Kebumen. Dan terjadinya erosi yang sudah cukup intensif menghasilkan morfologi terbiku kuat oleh penyaluran. Daerah ini banyak digunakan sebagai pemukiman, kebun, sawah, serta tegalan.

2. Satuan Perbukitan Sentolo

Satuan ini meliputi daerah Pengasih dan Sentolo dan terletak di sebelah timur Pegunungan Kulon Progo. Satuan ini bisa dibilang memiliki kelerengan yang tidak cukup curam, rata-rata kelerengan yang terdapat di satuan ini hanyalah 15° dan satuan ini memiliki ketinggian kurang lebih 50 – 150 m di atas permukaan air laut.

3. Satuan Teras Progo

Satuan Teras Progo ini meliputi kecamatan Nangggulan dan Kali Bawang tepatnya terletak di sebelah timur pegunungan Kulon Progo dan di sebelah utara satuan perbukitan Sentolo.

4. Satuan Dataran Alluvial

Satuan yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo selanjutnya adalah Satuan Dataran Alluvial yang memanjang dari sebelah barat ke timur dan meliputi Kecamatan Wates, Temon, Panjatan, Galur, dan sebagian Kecamatan Lendah. Satuan ini memiliki kelerengan yang relatif landai sehingga daerah ini banyak dimanfaatkan sebagai lahan-lahan persawahan dan pemukiman penduduk.

5. Satuan Dataran Pantai.

Satuan ini dapat dibagi lagi menjadi 2 sub-satuan, antara lain :

a. Sub Satuan Gumuk Pasir

Sub satuan ini terdiri dari daerah byang luas dan memanjang sepanjang pantai selatan, termasuk Pantai Glagah yang menjadi salah satu Stasiun Pengamatan (STA) pada fieldtrip Kristalografi dan Mineralogi ini. Gumuk-gumuk pasir yang terdapat pada daerah ini kemungkinan terbentuk akibat dari material-material berukuran pasir yang dibawa oleh Kali Serang dan Kali Progo yang diendapkan di muara sungai, dan oleh karena aktivitas debaran ombak yang cukup besar serta adanya angin, kemudian terbentuklah gumuk-gumuk pasir.

b. Sub Satuan Dataran Alluvial Pantai

Sub satuan ini tersebar di bagian selatan Kulon Progo. Sub satuan ini terdiri dari material-material berukuran pasir halus yang tertransport dan diendapkan oleh aktivitas angin di bagian utara dari sub satuan gumuk pasir.

II.2 Stratigrafi Regional

Geologi Regional Kulon Progo menurut Rahardjo,dkk.(1977), stratigrafi regional Kulon Progo tersusun oleh formasi-formasi dari tua ke muda sebagai berikut :

1. Formasi Nanggulan

2. Formasi Andesit Tua

3. Formasi Jonggrangan

4. Formasi Sentolo

5. Alluvium

1. Formasi Nanggulan

Formasi Nanggulan memiliki ketebalan kurang lebih 300 meter dan berumur Eosen tengah sampai Oligosen akhir. Formasi ini tersebar pada Kecamatan Nanggulan yang memiliki morfologi berupa perbukitan bergelombang rendah hingga menengah. Formasi ini tersusun oleh batupasir yang bersisipan lignit, napal pasiran, batu lempung, sisipan napal dan batugamping, batupasir dan tuff. Bagian bawah formasi ini tersusun oleh endapan laut dangkal berupa batupasir, serpih, dan lignit pada perselingannya. Sedangkan bagian atas dari formasi ini tersusun atas batuan napal, batupasir gampingan, dan tuff yang menunjukkan wilayah endapan laut neritik.

Formasi Nanggulan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : Axinea Beds, Yogyakarta Beds, dan Discocyclina Beds (Marks, 1957)

o Axinea Beds

Merupakan endapan laut dangkal dengan ketebalan 40 meter dan tersusun oleh batupasir dengan interkalasi lignit lalu diatasnya terdiri dari batupasir dengan kandungan fosil Pelecypoda

o Yogyakarta Beds (Djogjakartae Beds)

Yogyakarta Beds merupakan formasi yang terbentuk di atas Axinea Beds. Formasi ini banyak tersusun oleh napal pasiran berselingan dengan batupasir dan batu lempung yang banyak mengandung Nummulites djogjakartae. Formasi ini memiliki ketebalan 60 meter.

o Discocyclina Beds

Formasi ini terendapkan di atas Yogyakarta Beds dengan ketebalan 200 meter dan tersusun atas napal, batugamping, dan batupasir serta serpih sebagai perselingannya, dan arkose yang berjumlah semakin banyak ke bagian atas formasi ini. Pada formasi ini dapat dijumpai Discocyclina omphalus sebagai fosil pencirinya.

2. Formasi Andesit Tua (Old Andestie Formation or OAF

Formasi ini berumur Oligosen akhir hingga Miosen awal yang diketahui dari fosil plankton yang terdapat pada bagian bawah formasi ini. OAF tersusun atas breksi andesit, tuff, tuff lapili, aglomerat, dan sisipan aliran lava andesit dan terbentuk oleh karena aktivitas gunung api purba, yaitu gunung api Gajah, gunung api Ijo, dan gunung api Menoreh (Van Bemmelen,1949).

3. Formasi Jonggrangan

Formasi ini berumur Miosen awal hingga Miosen tengah dengan ketebalan 250 meter dan diendapkan pada laut dangkal. Formasi Jonggrangan tersusun atas konglomerat, breksi, tufa, dan napal serta batugamping yang terendapkan membanetuk seperti kerucut di sekitar Desa Jonggrangan.

4. Formasi Sentolo

Formasi ini berumur Miosen awal hingg Pliosen (N7-N21) dan terletak di bagian tenggara pegunungan Kulon Progo dengan morfologi perbukitan bergelombang rendah hingga tinggi. Formasi ini tersusun oleh batugamping dan batupasir napalan. Bagian bawah formasi ini tersusun atas konglomerat yang ditumpangi batupasir gampingan, napal tufan dan sisipan tuf kaca.

5. Alluvium

Alluvium terdiri atas kerakal, pasir, lanau, dan lempung sepanjang sungai yang besar dan dataran pantai. Alluvium sungai berdampingan dengan alluvium rombakan bahan vulkanik.

Tabel Stratigrafi Regional Kulon Progo

Umur

Formasi

Litologi

Kuarter

Alluvium

Kerakal, pasir, lanau, lempung

Pliosen

Sentolo

Batugamping, batupasir napalan, konglomerat, batupasir gampingan, napal tufan, sisipan tuf kaca

Jonggrangan

konglomerat, breksi, tufa, dan napal serta batugamping

Aquitanian

OAF

breksi andesit, tuff, tuff lapili, aglomerat, dan sisipan aliran lava andesit

Eosen Atas

Discocyclina Beds

Yogyakarta Beds

Axinea Beds

batupasir yang bersisipan lignit, napal pasiran, batu lempung, sisipan napal dan batugamping

II.3 Struktur Geologi Regional

Kulon Progo merupakan suatu perbukitan hasil dari aktivitas gunung api purba pada masanya, dengan kata lain daerah ini dahulu merupakan kompleks gunung api pada umur paleogen yang kemudian tertutup oleh batuan karbonat di umur Neogen akibat dari terjadinya penurunan sehingga daerah ini tergenang air dan kemudian mengalami uplift kembali sehingga batuan karbonat tersebut tersingkap ke permukaan dan dapat dilihat bahwa terdapat sesar-sesar normal dengan pola penyaluran radial pada sekitar kubah-kubah hasil dari gunung api purba.

Menurut keadaan daerahnya, kenampakan struktur yang dominan dapat dibagi menjadi 2, yaitu struktur Dome dan struktur Unconformity.

a. Struktur Dome

Plato Jonggrangan, merupakan Plato atau dataran tinggi yang luas sebagai penunjuk adanya struktur Dome ini. Aktifitas-aktifitas yang dominan terjadi adalah karena orogenesis. Dome ini memanjang dari utara ke selatan dan di bagian utara terpotong oleh sesar dengan arah tenggara – barat laut.

b. Struktur Unconformity

Terdapat ketidakselarasan atau unconformity dari tiap-tiap kontak formasi yang ada pada daerah Kulon Progo ini. Unconformity yang terjadi adalah ketidakselarasan disconformity antara formasi – formasi berlitologi batuan sedimen seperti Formasi Jonggrangan dan Formasi Sentolo. Selain itu juga terdapat ketidakselarasan nonconfrmity antara Formasi Andesit Tua dengan Formasi Jonnggrangan dan/atau Formasi Sentolo.

2 komentar:

  1. makasih mas shandy. blognya selalu jadi refernsi buat bikin laprak dari tahun ke tahun

    BalasHapus