Sabtu, 16 Juli 2011

STRUKTUR BATUAN SEDIMEN

STRUKTUR BATUAN SEDIMEN

Struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi yang lebih besar, merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen dan diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya. Pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun setelah proses pengendapan. (Pettijohn&Potter,1964; Koesoemadinata,1981)

Berikut adalah tabel klasifikasi struktur sedimen oleh Pettijohn (1975). Pada dasarnya klasifikasi ini adalah struktur yang terbentuk secara organik (struktur yang terbentuk oleh organisme) dan anorganik. Struktur anorganik dibedakan lagi menjadi 2, yaitu struktur primer dan struktur sekunder.

· Struktur primer

Struktur ini terbentuk karena proses sedimentasi dengan demikian dapat menggambaarkan mekanisme pengendapannya, antara lain : perlapisan, silang siur, konvolut, dll.

· Struktur sekunder

Merupakan struktur yang terbentuk setelah proses sedimentasi dan sebelum atau saat diagenesa. Hal ini juga menggambarkan keadaan lingkungan pengendapannya, seperti : tracks,trails, and burrow, load cast, dll.

Klasifikasi Struktur Batuan Sedimen (Pettijohn, 1975)

Inorganic Structures

Mechanical (primer)

Chemical (secondary)

Organic Structures

A. Bedding Geometry

1. Laminations

2. Wavy bedding

B. Bedding internal structures

1. Cross bedding

2. Ripple bedding

3. Graded bedding

4. Growth bedding

C. Bedding plane markings (on sole)

1. Scour or current mark (flutes)

2. Tool marks (grooves, and so on)

D. Bedding plane markings (on surface)

1. Wave and swash marks

2. Pits and prints (rain, so on)

3. Parting lineation

E. Deformed bedding

1. Load and founder structures

2. Synsedimentary folds an d breccias

3. Sandtsne dikes and sills

A. Solution structures

1. Stylolites

2. Corrosion zones

3. Vugs oolicasts and so on

B. Accretionary structures

1. Nodules

2. Concretions

3. Crystal aggregate (spherulites and rosettes)

4. Veinlets

5. Color banding

C. Composite structure

1. Geodes

2. Septaria

3. Cone in cone

A. Petrifactions

B. Bedding (weedia and other stromatolites)

C. Miscellaneous

1. Borings

2. Tracks and trails

3. Cast and molds

4. Fecal pellets and coprolites

Genesa Struktur Batuan Sedimen : Laminasi, Silang siur, Gradasi, dan Perlapisan

1. Perlapisan

Struktur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik yang menghasilkan biddang-bidang sejajar sebagai hasil dari proses pengendapan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan antara lain:

1. Adanya perbedaan warna mineral

2. Adanya perbedaan ukuran besar butir

3. Adanya perbedaaan komposisi mineral

4. Adanya perubahan macam batuan

5. Adanya perubahan struktur sedimen

6. Adanya perubahan kekompakan batuan

7. Adanya perbedaan porositas batuan

Berdasarkan ukuran tebalnya lapisan, Mc Kee dan Weir mengklasifikasikan perlapisan batuan menjadi:

a. Laminasi tipis < 2mm

b. Laminasi 2 mm – 1 cm

c. Lapisan sangat tipis 5 – 60 cm

d. Lapisan tebal 60 – 120 cm

e. Lapisan sangat tebal > 120 cm

Dalam buku Geologi (Soetoto,2001:40), perlapisan dapat juga dibedakan menjadi :

(A) Paralel, dimana perlapisan batuan terjadi secara sejajar (paralel)

(B) Silang siur (cross bedding/current bedding), yang diakibatkan oleh kegiatan arus air atau angin dengan arah bervariasi

(C) Bersusun (graded bedding), dimana terjadi gradasi ukuran butir dari kasar ke halus, atau sebaliknya yaitu dari halus ke kasar.


Gambar 3: macam struktur perlapisan batuan sedimen klastik

(Soetoto, 2001:40)

2. Laminasi

Laminasi adalah perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai ketebalan kurang dari 1 cm. Terbentuk bila poola pengendapannya disertai dengan energi yang konstan (homogen), dan biasanya terbentuk dari suspensi tanpa energi mekanis.


Gambar 4: kenampakan struktur laminasi pada batupasir (sumber: http://s691.photobucket.com/albums/vv272/conan_hifans/kebumianzone/geo/?action=view&current=plate10.jpg)

3. Silang siur atau cross bedding

Sebenarnya silang siur ini terbagi menjadi 2 jenis, antara lain cross lamination dan cross bedding itu sendiri.

a. Cross lamination

Secara umum digunakan untuk lapisan miring dengan ketebalan kurang dari 5 cm, dengan faraset ketebalannya kurang dari 5 cm, merupakan struktur sedimentasi tunggal yang terdiri dari urut-urutan sistematik, perlapisan dalam disebut faraset bedding yang miring terhadap permukaan umum sedimentasi. Terbentuk karena perpindahan riple atau gelombang-gelombang pori yang masing-masing urut berukuran kurang dari 5 cm.

b. Silang siur atau Cross bedding

Secara fisik, kenampakan cross bedding sama dengan cross lamination, perbedaannya terletak pada ketebalannyaa. Silang siur atau cross bedding memiliki ketebalan lebih dari 5 cm sedangkan cross lamination kurang dari 5 cm. Silang siur atau cross bedding dihasilkan dari migrasi riple yang cukup besar atau oleh gelombang-gelombang yang membawa pori dimana masing-masing lapisan berukuran lebih dari 5 cm. Perlapisan ini membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang di atas atau di bawahnya dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat dari intensitas arus yang berubah-ubah.

4. Gradasi

Struktur gradasi pada sedimen terlihat apabila terjadi perubahan yang granual dari ukuran butir penyusunnya bila bagian bawah kasar dan bagian atasnya semakin halus. Gradasi ini disebut dengan normal grading. Sebaliknya, apabila dari bawah ke atas ukuran butir penyusun batuan semakin mengkasar, disebut inverse grading.

Normal graded bedding terjadi karena pengendapan yang terjadi secara bertahap sesuai penenangan energi transportasi. Sedangkan inverse graded beding terjadi jika pengendapan berlangsung pada fase regresi. Gradasi dapat digunakan sebagai penunjuk batas lapisan atas dan batas lapisan bawah batuan.

REFERENSI

Geologic Explorations On Disk: Earth Science

http://ariefgeo.blogspot.com/2010/11/deskripsi-batuan-sedimen.html diakses pada tanggal 10 April 2011 pukul 08:59 WIB

http://kebumianzone.blogspot.com/2010/07/struktur-batuan-sedimen.html diakses pada tanggal 10 April 2011 pukul 08:52 WIB

http://www.answersincreation.org/curriculum/geology/geology_chapter_6.htm diakses pada tanggal 10 April 2011 pukul 08:52 WIB

Soetoto.2001. Geologi. Yogyakarta : Laboratorium Geologi Dinamik Jurusan Teknik Geologi FT-UGM

1 komentar: