Minggu, 17 Juli 2011

Potensi Zona Gunung Api

POTENSI ZONA-ZONA GUNUNGAPI

Gunungapi sangat erat kaitannya dengan proses vulkanisme, yaitu aktifitas alamiah berupa keluarnya magma dari dalam bumi, sedangkan Bentang Alam Vulkanik adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh proses keluarnya magma dari dalam bumi. Jadi, gunungapi adalah tempat keluarnya magma menuju ke permukaan bumi melalui suatu lubang atau lorong yang merupakan gunungapi itu sendiri, dan gunungapi merupakan ciri dari bentang alam vulkanik.

Morfologi Gunungapi

Menurut Williams dan Mc.Birney (1979), morfologi gunungapi dapt dibedakan menjadi 3 zona dengan ciri-ciri jenis litologi dan asosiasi morfologi yang berlainan. Ketiga zona tersebut adalah :

1. Zona pusat erupsi atau fasies sentral, yang dicirikan oleh :

a. Banyak radial dike / sill

b. Adanya sumbat kawah (plug) dan crumble breccia

c. Adanya zona hidrothermal

d. Sifat piroklastik kasar

e. Bentuk morfologi kubah dengan pusat erupsi

2. Zona Proksimal atau fasies proksimal, yang dicirikan oleh :

a. Material piroklastik yang agak berorientasi

b. Terjadi pelapukan pada lava dan material piroklastik yang dicirikan oleh soil yang tipis

c. Sering dijumpai parasitic cone

d. Bnanyak dijumpai ignimbrite dan welded tuff

3. Zona distal atau fasies distal, yang dicirikan oeh :

a. Material piroklastik berukuran halus

b. Banyak dijumpai lahar

c. Terkadang terdapat cinder cone

Pada perkembangannya, pengembangan fasies gunungapi dilakukan oleh Vessel dan Davies (1981) serta Bogie dan Mackenzie (1998) menjadi 4 kelompok, antara lain central/Vent facies, proximal facies, medial facies dan distal facies.




Gambar 2: pembaginan zona gunungapi menjadi /Vent facies, proximal facies, medial facies dan distal facies

Potensi Zona Gunungapi

1. Zona Central

Pada zona ini, pusat erupsi terjadi dan energi terbesar dari pusat erupsi ada pada zona ini. Dengan adanya kegiatan vulkanisme yang tinggi, banyak menyebabkan aktifitas-aktifitsas lain seperti hidrothermal dan mineralisasi sehingga banyak terjadi proses alterasi menghasilkan berbagai macam unsur yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti emas. Telah diketahui, tambang-tambang emas besar di Indonesia seperti di Grasberg, Papua, dulunya merupakan zona pusat erupsi gunungapi purba. Namun perlu diketahui, saat gunungapi masih aktif, zona ini sangatlah berbahaya. Kandungan gas-gas beracun dan sulfur yang berbau menyengat dan pekat dapat menyebabkan pingsan atau bahkan kematian apabila terhirup melampaui batas. Saat terjadi erupsi, zona inilah yang menjadi sangat hancur.

Gambar 3: batuan penyusun masing-masing zona gunungapi

2. Zona Proksimal

Zona ini adalah zona dengnan lapisan soil yang tipis dan material piroklastik agak terorientasi. Material piroklastik ini setelah beberapa bulan atau beberapa tahun bisa menjadi sumber penghisupan bagi tanaman melalui berbagai unsur yang dibawanya. Maka dari itu, zona ini sudah mulai dikembangkan menjadi lahan perkebunan dimana sayuran dapat sangat tumbuh subur. Selain itu, zona proksimal menjadi daerah penangkap air hujan yang baik yang kemudian menyalurkannnya ke zona-zona di bawahnya. Saat terjadi erupsi, zona ini menjadi sangatlah berbahaya. Pyroclastic fall, flow, and surge dapat menjadi sangat berbahaya bagi kehidupan. Zona ini menjadi zona bahaya jika terjadi erupsi.

3. Zona Medial

Zona ini tersusun atas lahar dan tuff. Material-material ini jika telah lapuk akan menjadi sangat subur bagi tanaman. Pertanian dan perkebunan menjadi sangat berkembang pada daerah ini. Tangkapan air baik dari hujan maupun zona di atasnya muncul sebagai mata air dan menjadi sumber air bagi kehidupan. Namun saat terjadi erupsi, zona ini juga masih menjadi zona bahaya karena terjangan lahar yang hebat apabila erupsi yang terjadi sangatlah kuat.

4. Zona distal

Zona ini merupakan zona dengan kelerengan landai dan menjadi daerah tangkapan air hasil dari zona medial dan proksimal. Litologi penyusunnya kebanyakan adalah konglomerat, lahar, batupasir, dan tuff. Daerah ini masih cukup subur dengan adanya jatuhan piroklastik yang sampai di daerah ini. Saat terjaidi erupsi, zona distal dapat menjadi daerah aman namun dapat juga menjadi daerah berbahaya terutama pada kawasan yang terletak di sekitar sungai tempat lahar menerjang.





REFERENSI

Bronto, Sutikno. 2006. Fasies Gunungapi dan Aplikasinya. Jurnal Geologi Indonesia Vol.1 No.2 Juni 2006 halaman 59-71

http://geospasial.bnpb.go.id/2010/11/05/peta-zona-bahaya-merapi-radius-20-km/ diakses pada tanggal 18 April 2011 pukul 19:20 WIB

Srijono, dkk. 2011. Geomorfologi. Yogyakarta : Jurusan Teknik Geologi FT-UGM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar